Pembentuk Pola Grafik
Yang
menyebabkan grafik bergerak dan memiliki bentuk adalah minat
trader. Seandainya alur minat mengalir secara utuh dan normal, maka baik
itu trend naik maupun trend turun akan membentuk pola trend normal
seperti pada seri-3
Lalu bagaimana seandainya minat itu tidak mengalir secara utuh dari awal sampai akhir? Seperti apa bentuk pola trend nya?
Saat
minat mengalir secara normal dan membentuk sebuah pola trend, didalam
pola trend itu terdapat pola grafik yang lebih pendek yang memiliki
bentuk berbeda akibat perubahan besarnya minat.
Artinya
dari awal sampai berakhirnya trend itu memang membentuk sebuah pola
grafik trend, namun pola grafik trend itu juga tersusun dari beberapa
pola grafik yang berbeda akibat perubahan minat / fase minat. Sehingga
bisa dikatakan bahwa trend sebenarnya adalah sebuah rangkaian pola
grafik yang memiliki kecenderungan arah yang sama.
Sebaliknya
ketika minat tidak mengalir secara normal maka tentu saja pola grafik
trend yang terbentuk memiliki bentuk yang berbeda dari pola normalnya,
dengan pola grafik penyusunnya yang berbeda pula dari pola grafik
penyusun bentukan aliran minat yang normal.
Jadi kalau begitu ternyata ada berbagai bentuk pola grafik ?
Benar. Baik itu karena perubahan minat maupun karena faktor lain. Apa saja faktor itu ? perhatikan gambaran berikut :
Pada
awalnya sejak dimulainya pemberlakuan sistem kurs mengambang, yang
membentuk pola grafik itu murni dari besarnya permintaan dan penawaran
trader untuk memenuhi kebutuhan. Namun seiring perkembangannya dengan
banyaknya trader yang melakukan spekulasi untuk mendapatkan keuntungan,
akhirnya gerakan grafik seringkali dipengaruhi aksi trader spekulan.
Demi
meraih keuntungan atau menjaga keuntungan yang didapat, dalam aksinya
tindakan trader spekulan seringkali didasari oleh rasa tamak dan rasa
takut. Jika ketakutan dan ketamakan itu terlalu berlebihan maka
dampaknya grafik harga akan bergerak secara tidak terkendali.
Jika
harga bergerak tidak terkendali, misalnya menjadi terlalu tinggi atau
terlalu rendah serta bergerak keluar dari batas kewajaran maka tentu
saja hal ini akan merugikan pihak lain yang berkepentingan, contonya
adalah Eksportir dan Importir.
Kenapa demikian ?
Kita
ambil contoh di Indonesia ada 2 perusahaan yang satu sebagai Importir
barang jadi dan yang lainnya eksportir bahan baku. Partner dari kedua
perusahaan itu berasal dari luar negeri. Hari ini importir dan eksportir
melakukan transaksi senilai $ 1juta dengan masing-masing partnernya
yang pembayarannya sepakat dilakukan bulan depan. Dengan kurs saat ini
$1 = Rp10.000 , maka nilai barang yang akan diekspor dan diimpor saat
ini sekitar Rp. 10 Milyar.
Sebulan
kemudian tiba lah waktu untuk pelunasan transaksi. Namun sayangnya
dalam rentang waktu sebulan itu nilai kurs berubah drastis .
Misalnya kurs berubah menjadi $1 = Rp 15.000
Nilai
dollar yang terlalu tinggi ini tentu akan menguntungkan bagi eksportir
yang menerima pembayaran dalam bentuk dollar karena saat $1juta yang
diterimanya itu di kurskan menjadi rupiah nilainya menjadi Rp 15 Milyar,
artinya eksportir menerima jumlah yang lebih banyak dari nilai
transaksi awal.
Tapi
nilai dollar yang terlalu tinggi itu merugikan bagi importir yang harus
melakukan pembayaran dengan dollar. Importir harus menyediakan rupiah
yang lebih banyak (Rp 15 milyar ) agar setara dengan $1 juta. Padahal
jika pembayarannya dilakukan bulan lalu importir hanya harus
mengeluarkan Rp 10 Milyar saja. Sehingga jika transaksi itu tetap
dilakukan maka akan menimbulkan kerugian bagi importir karena barang
yang diimpor itu jika dijual didalam negeri nilainya belum tentu
mencapai Rp 15 Milyar .
Begitu pula sebaliknya jika kurs berubah dari $1= Rp 10.000,- menjadi $1 = Rp 5000,-
Nilai dolar yang terlalu rendah ini menguntungkan importir yang hanya perlu menyediakan sedikit rupiah ( Rp 5 milyar) untuk membayar senilai $1 juta dollar, tapi nilai dollar yang terlalu rendah itu merugikan eksportir yang hanya menerima sedikit rupiah ( hanya Rp 5 milyar) jika $1 juta yang diterimanya itu ditukarkan menjadi rupiah. Jika transaksi tetap dilakukan tentu akan menimbulkan kerugian bagi eksportir.
Nilai dolar yang terlalu rendah ini menguntungkan importir yang hanya perlu menyediakan sedikit rupiah ( Rp 5 milyar) untuk membayar senilai $1 juta dollar, tapi nilai dollar yang terlalu rendah itu merugikan eksportir yang hanya menerima sedikit rupiah ( hanya Rp 5 milyar) jika $1 juta yang diterimanya itu ditukarkan menjadi rupiah. Jika transaksi tetap dilakukan tentu akan menimbulkan kerugian bagi eksportir.
Kejadian
transaksi ekspor impor seperti itu terjadi juga di negera lain, jadi
bisa dibayangkan ada bayak sekali perusahaan didunia ini yang melakukan
pembayaran seperti itu sehingga masing-masing pihak akan berusaha
menjaga agar nilai mata uang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
rendah, termasuk oleh pemerintah untuk melindungi kepentingan warganya.
Penjagaan
itu dilakukan agar nilai tukar mata uang berada pada rentang harga yang
disepakati dan bisa diterima sebagai harga wajar oleh masing-masing
pihak agar sama-sama saling menguntungkan atau sama sama tidak
dirugikan.
Nilai
sisi atas dan sisi bawah dari rentang harga yang disepakati inilah yang
kemudian menjadi batas wajar harga yang bisa ditoleransi yang kemudian
membatasi gerakan market sehingga membentuk pola grafik yang lain.
Dengan dijaganya harga untuk tetap berada pada rentang tertentu maka
setiap kali harga mencoba keluar dari batas tersebut, harga akan
dikembalikan ke dalam rentang wajarnya.
Kejadian
harga yang terus kembali ke rentang wajarnya ini akan terus terjadi
sampai ada kejadian yang benar-benar memaksa level batas itu boleh
ditembus. Misalnya karena tanggal jatuh tempo pembayaran sudah tiba yang
jika tidak dibayar justru akan menimbulkan kerugian yang lebih besar
akibat dikenakan denda atau bunga yang nilainya lebih besar dari pada
kerugian yang harus ditanggung akibat selisih kurs .
Pada
saat seperti itu walaupun harga sudah berada diluar batas, harga akan
terus bergerak menjauhi batas karena kekuatan minat yang terlalu besar
akibat keterpaksaan itu. Dari hal ini kita bisa melihat lagi bahwa minat
lah yang kembali berperan menggerakan grafik dan membentuk pola grafik
yang lain.
Dari
gambaran diatas kita bisa melihat bahwa yang membuat grafik memiliki
bentuk pola itu bukan hanya permintaan dan penawaran saja, melainkan
juga rasa takut, rasa tamak serta batas harga yang dijaga.
Sehingga pada intinya grafik memiliki bentuk pola yang berbeda itu disebabkan oleh :
1. Kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran yang berasal dari minat
2. Ketakutan dan ketamakan trader
3. Batas- batas yang menjaga harga tetap wajar
2. Ketakutan dan ketamakan trader
3. Batas- batas yang menjaga harga tetap wajar
Kekuatan
permintaan dan penawaran serta ketakutan dan ketamakan pada dasarnya
akan membuat harga bergerak lurus, Batas-batas harga akan membelokkan
gerakan harga. Jadi kemana arah harga selanjutnya
ditentukan oleh kekuatan permintaan/penawaran dan ada tidaknya
ketakutan/ketamakan, serta kuat tidaknya pembatas harga itu memantulkan
harga.
Oleh
karenanya dalam menentukan arah harga selanjutnya kita lihat kekuatan
yang ada didalam pola grafik itu sendiri, lalu perhitungkan pembatas
yang ada didepannya.
Pada
bab selanjutnya kita akan mengenali pola grafik akibat besar kecilnya
kekuatan serta pola grafik akibat kuat lemahnya pembatas harga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar